Selasa, 19 September 2017

my new friend

My New Friend

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Misteri, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 19 September 2017

Hari ini di kelasku ada murid baru. Ia berambut pirang, kulitnya putih bersih. Ia sangaaat cantik. Bu Herna, guruku bilang, bahwa ia orang Inggris.
“Ayo, perkenalkan dirimu.” pinta Bu Herna pada Melisa. Ia tersenyum simpul. Lalu ia berdiri di depan kelas.
“Hello, my name is Melisa David. You call me Melisa. I am from London, England. See you All, Goodbye.” ucap Melisa dengan PD.
Kami sekelas mendadak bingung dengan bahasa Melisa. Di SMPN kami memang tidak ada pelajaran Bahasa Inggris. Hanya ada Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam(IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), Bahasa Sunda, PJ (Pendidikan Jasmani), dan SBK (Seni Budaya Keterampilan). Namun, aku mengerti karena saat SD aku di SD Swasta, yaitu SDIT Al-Huda. Aku belajar MTK, B. Indo, IPA, IPS, PKN, PJ, SBK, TIK (Teknologi & Informasi &Komunikasi), PAI (Pelajaran Agama Islam), Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Bahasa Sunda.
“Hi, Melisa. Welcome at here! We happy can meet with you, thanks Melisa.” balasku sambil tersenyum. Melisa menoleh.
“You so great and excellent. What your name?” tanyanya.
“My Name is Shania Felischa.” jawabku pendek.
“Oke, Melisa. Kamu duduk di sebelah Shania, ya.” perintah Bu Herna. Melisa mengangguk senang. Terlebih aku, aku senang sekali!
“Shan, kamu dan anak baru itu ngomong apa sih? Nggak jelas banget.” ucap Luna, teman di depan mejaku. Ia sombong dan sok tahu.
“Luna, kamu jadul banget, sih. Itu bahasa Inggris tahu. Makanya gaul sedikit, dong.” ledek Kania, sahabatku. Ia duduk di sebelah Luna.
Muka Luna memerah. Ia sepertinya kesal sekali. Namun, ia juga malu. Akhirnya ia diam.
“Melisa, you can speak Indonesian?” tanyaku kepadanya saat ia sudah duduk di sebelahku.
“Of course. See and Listen! Hallo, namaku Melisa David. Aku dari London, Inggris. Senang bertemu kalian!” ucap Melisa riang.
Aku dan Kania bertepuk tangan. Sementara Luna menatap bingung.
“Hoy, ngomong yang jelas dong. Bahasa apa sih itu? Gak Jelas!” Luna menatap Melisa kesal.
“Itu bahasa Inggris. Bahasa Umum Dunia. Setiap orang harus bisa bahasa Inggris, untuk berbicara pada orang di Luar Negeri. Karena Orang Luar Negeri mana mungkin mengerti bahasa kita. Ada, sih, tapi, kan, gak semuanya. Misalnya kita sedang di Turki. Kita gak perlu repot-repot berbahasa Turki, cukup pakai bahasa Inggris, pasti mereka ngerti. Karena Bahasa Inggris adalah Bahasa Internasional!” Melisa menjelaskan. Luna mengangguk-ngangguk.
“Bahasa Inggris itu susah, ya?” Tanya Luna ragu.
“Tidak, sangat mudah malah.” jawabku. Luna ber-oooh pendek. Aku lalu kembali asyik mengobrol dengan Melisa, menanyakan kehidupan di Negara asalnya. Melisa menjawab riang. Sesekali, Kania ikut bertanya. Sementara Luna hanya pelanga pelongo saja melihatnya. Tanpa kusadari, Kania menatapku kesal.
Kania sekarang lebih sering menjauh dariku. Aku sebenarnya tidak terlalu peduli, karena aku lebih sering mengobrol dengan Melisa. Asyik sekali! Aku bertanya tentang sekolahnya waktu di Inggris, bagaimana suasana di Inggris, dsb.
“Ciee, punya sahabat baru, ni, yee…” sindir Kania waktu aku hendak jajan bersama Melisa. “Terus sahabat lamanya dicuekin?” sindirnya lagi.
Kata-kata Kania terus menghantuiku. Saat belajar, pulang sekolah, bermain dan bahkan makan dan minum. Aku menjadi bersalah karena telah menjauhi Kania.
“Maaf, ya, Kania.” aku waktu itu berkata padanya waktu pulang sekolah, ketika Piket bersama. Hari itu sebenarnya Aku, Kania, Luna dan Chika. Namun Luna sedang buru-buru. Katanya Adiknya sakit, dan dirawat di rumah sakit, sampai ia benar-benar panik. Sementara Chika ia tidak masuk sejak pagi.
“Kenapa minta maaf?” tanya Kania dingin. Aku menjadi semakin bersalah.
“Sejak ada Melisa, aku menjauhimu. Padahal, kita sahabat.” jawabku.
“Itu dulu, Shan. Kita sahabat itu dulu. Sekarang kita Cuma teman.” sahut Kania datar. Aku terkejut.
“Enggak, Ni. Jangan! Tolong, Maafkan aku!!” pintaku. Tak sadar, air mataku menetes.
“Maafkan aku juga, Shania. Telah mengambil keputusan ini.” Kania terisak. Aku mengusap air mataku.
“Kania, tidak salah kau mengambil keputusan ini. Aku memang bersalah. Maafkan aku, Kania.” pintaku dengan tersendat-sendat. Air mataku kembali mengucur deras.
“Maafkan aku, Shania. Aku tidak bisa memaafkanmu.” Kania lalu memelukku.
“Ini pelukanku untuk terakhir kalinya. Selamat bersahabat kembali dengan Melisa.” Kania melepas pelukannya, lalu ia kembali menyapu.
Aku terduduk di lantai kelas. Air mataku mengucur. Wajahku berpeluh.
“Kania, Kania. Maafkan aku. Maafkan aku!” pintaku sambil berteriak-teriak. Kehadiran Melisa membuatku kehilangan Kania. Tidak! Tidak boleh!
“Shania? Sudah selesai piketnya? Kok lama banget? Kamu acting apaan sama Kania?” tanya Melisa sambil melongok ke dalam kelas. Aku mengusap air mataku.
“Udah! Kamu duluan aja!” bentakku sebal.
“Benar, nih, Shan?” tanyanya memastikan.
“Iya.” jawabku gusar.
Melisa lalu pulang dengan langkah riang.
“Kania, mohon maafkan aku.” pintaku lagi. Kania menggeleng.
“Kania, walau kamu menganggapku bukan sahabatmu, tapi aku akan menganggapmu sahabatku, selamanya.” kataku sambil keluar kelas.
Pagi ini aku datang terlambat. Teman-teman sekelas menatapku sambil cekikikan. Aku diam saja. Di mejaku, terdapat surat.
“Surat kamu, Mel?” tanyaku.
“Bukan. Itu buat kamu.” jawabnya ramah.
“Dari siapa, Mel?” tanyaku lagi.
“Gak tahu, Shan. Aku Cuma baca depannya. For Shania. Gitu!” jawab Melisa.
Aku duduk di kursiku lalu membacanya karena Bu Herna belum datang.
Dear Shania…
Ini aku, Kania, sahabatmu. Maafkan aku telah mengambil keputusan putus denganmu. Tapi, aku telah mengubah keputusanku. Kita tetap sahabat, Shania. Aku akan memberikanmu waktu bersama Melisa. Yaitu ketika aku tidak mengajakmu ngobrol. Dan saat aku mengajakmu ngobrol, waktu ngobrolmu untukku, ya? Baiklah, Shania… byee!!
KANIA.
Aku terharu membacanya. Aku menengok ke belakang, Kania tak ada, ke mana sahabatku itu?!
“Hai, Luna. Gimana keadaan adikmu? Sudah baikan?” aku sengaja sedikit berbasa basi dengan Luna.
“Hai juga, Shania. Allhamduillah, adikku sudah mendingan, ia sudah pulang dari Rumah Sakit tadi malam, jam 21.00 WIB.” jawab Luna dengan wajah senang.
“Kania mana, Lun?” tanyaku.
“Kania katanya sakit. Tadi pagi, mamaku jenguk Kania ke rumahnya. Tapi nggak tahu sakit apa.” jawab Luna.
“Kita jenguk pulang sekolah mau nggak, Lun?” ajakku.
“Boleh juga, Shan. Kebetulan banget, sekalian sama mamaku mau nganterin jahitan ke mama-nya Kania.” Luna menyetujui ajakanku. Ibu Luna memang seorang penjahit.
“Aku ikutan dong, Shan, Lun!” Melisa tiba-tiba nimbrung.
“Ngapain?” Tanya Luna.
“Jenguk Kania.” jawab Melisa sembari tersenyum.
“Boleh, nanti ya, pulang sekolah,” jawabku.
“Oke,” Melisa tersenyum lagi.
“Mel, lihat penghapusku nggak?” aku bertanya pada Melisa. Aduh, bagaimana ini? Aku sedang ada tugas menggambar manga oleh guru kesenian. Manga adalah karya seni khas Jepang. Aku memutuskan menggambar wajah Ichigo, tokoh utama di Aikatsu. Namun, penghapusku tak ada.
“Gak tahu, Shan, tadi kan di pegang sama kamu,” jawab Melisa sambil melanjutkan menggambar mata anime.
“Luna, lihat penghapusku?” Tanyaku.
“Tidak!” jawab Luna, ia kembali asyik menggambar masjid yang di sekelilingnya ada bunga sakura.
Aku memutuskan mencari hingga ke kolong-kolong meja. Dan ketika mencari di kolong meja Kania, hey, ada kertas bagus! Kenapa kertas ini ada di Kania ya? Kenapa Kania buang kertas ini?
Aku meraih kertas itu dan melihatnya dengan saksama. Hey, ada tulisan!
Sebal sm ******. Dia udh menghancurkan hidup kk dn menghancurkan persahabatanku. Knp dia hrs jd saudaraku???!!!
Kania, Rabu, 3 Oktober 2015, pukul 11:10.
Hah? Siapa si ******?? Mengancurkan hidup kakak? Menghancurkan persahabatan? Saudara? Maksud Kania apa ini?
Tunggu, ada tanggalnya! 3 Oktober 2015! Itu baru saja kemarin. Dan pukul 11:10 adalah 40 menit sebelum bel pulang sekolah! Tunggu, MENGHANCURKAN PERSAHABATANKU? Mungkin saja Persahabatan Kania denganku? Ya, bisa saja. Dan pelaku penghancurnya adalah Melisa. Tapi? MENGHANCURKAN HIDUP KAKAK? SAUDARA?
Aku tak mengerti. Sudahlah! Aku simpan saja kertas ini. Aku melanjutkan menggambar sambil bertanya-tanya. Tiba-tiba aku teringat.
Mana penghapusku?!
Astaga, terlalu asyik memikirkan curhatan Kania, jadi lupa! Cari lagi deh!
Pulangnya, aku, Luna dan Melisa bersama-sama ke rumah Kania. Sebelumnya, kami ke rumah Luna dulu untuk menjemput mamanya.
Sesampainya di rumah Kania, kami mengetok pintu.
“Assalamu’alaikum!” seruku.
“Wa’alaikum salam!”
Lalu pintu dibuka. Keluarlah Bu Icha, ibu Kania.
“Eh ada Bu Ella (Ibu Luna), Luna, Kania dan… KAMUUU???!!!” Bu Icha terserentak melihat Melisa. Aku, Luna dan Bu Ella juga terkejut.
“Untuk apa kamu ke sini lagi?!” bentak Bu Icha.
“Saya mau menjenguk Kania, Tante! Gak usah marah-marah!” jawab Melisa balas membentak.
“Saya nggak mau ada pembunuh datang ke rumah saya! Pergi!!!” Bu Icha menunjuk Melisa dan menunjuk pagar rumahnya. Aku terkejut. PEMBUNUH???
Bu Ella sepertinya merasa tidak enak, langsung menarik Luna pergi. Lalu Luna dan Bu Ella pergi dari rumah Bu Icha. Aku juga merasa sama, akhirnya aku pun ikut. Namun, baru selangkah keluar dari pagar, tiba-tiba Melisa berseru,
“Lupakan dendam masa lalu, Tante! Lupakan! Lupakan! Aku tak sengaja! Aku ke sini bukan untuk melakukan hal yang sama, aku hanya ingin bertemu Kania! Hanya itu!”
“Untuk apa? Menjenguknya? Tidak. Saya yakin kamu pasti akan MEMBUNUHNYA sama seperti kamu membunuh kakaknya!”
“Tante Isabella, tenanglah! Aku ke sini hanya untuk menjenguk Kania. Aku dulu juga tak sengaja menewaskan kak Klara! Aku dulu tak bermaksud apa apa!” Melisa terduduk.
“Kamu itu, yang harusnya menjadi adik sepupu Klara, malah menewaskannya. Kamu yang harusnya menjadi sepupu yang baik untuk Kania, malah membuatnya kehilangan kakaknya tercinta! Kamu ke sini mau apa lagi? Pulanglah ke Inggris! Hiduplah bersama orangtua angkatmu yang memberikanmu nama MELISA DAVID!” Tante Icha menatap gadis berumur 15 tahun itu.
Hey, hey, apa maksudnya ORANGTUA ANGKATMU YANG MEMBERIKANMU NAMA MELISA DAVID?
“Tante Issabella, kau tak ingat perkataanku 2 tahun yang lalu?! Aku tak sengaja melakukan pembunuhan Kak Klara 5 tahun yang lalu! Lagipula, saat itu aku masih berumur 10 tahun!”
“MELISA DAVID! KAU BUKAN RENATA ANDRIANI! TAPI KAU ADALAH MELISA DAVID! YANG KEJAM, TIDAK TAHU DIRI, DAN TAK BERTANGGUNG JAWAB! KAU BUKAN RENATA ANDRIANI YANG DULU!!! KAU SEKARANG SUDAH MENJADI MELISA DAVID!!!”
Aku terserentak mendengarnya. Tiba tiba, Melisa mengeluarkan kalung mutiara dari tasnya.
“INGAT INI, ISSABELLA CLARISSA? Kau memberikan ini padaku sehari sebelum Klara meninggal. Sekarang, aku tak butuh lagi!!!” Melisa melempar kalung itu, dan aku menangkapnya.
“ASTAGA, SHANIA???” Melisa dan Tante Icha berpandangan. Tak sadar, kalau mereka barusan bertengkar hebat.
Aku berlari, menjauhi mereka, berlari kencang, tiba-tiba aku menabrak sesuatu. Dan GELAP!!
“Shania, bangun! Shania! Bangun! Tugasmu selesaikan dulu!” tiba-tiba sebuah suara menepukku.
“Ya ampun, Shania, lelap sekali tidurmu. Tugasmu belum selesai!”
Aku pun terjaga. Kania, Luna dan Melisa menatapku.
“Hello, Shania. Pagi pagi kok sudah tidur?” Melisa tersenyum.
Uhm, apakah tadi bermimpi? Kania menjauhiku itu mimpi atau bukan? Pertengkaran Melisa dengan Tante Icha?
“Tanggal berapa sekarang?” tanyaku.
“Selesa, 2 oktober 2015, pukul 09.28.” jawab Kania dan Melisa serempak.
“Ayo, selesaikan tugasmu cepat! Lalu kita berempat jajan! Kamu ini!” Kania tersenyum.
“Eh, iya!”
Aku mendadak bingung. Dari cerita yang tadi, manakah yang mimpi?
“Uhm, Melisa, kamu jadi anak baru mulai kapan ya?” Tanyaku. Melisa mengernyit heran.
“Bukankah baru senin lalu? Kamu sudah lupa?” Melisa tertawa.
Hufftt, syukurlah, tadi mimpi!!! Eh, tapi, ada apa ini di tanganku? Kalung mutiara???
Kalung mutiara yang dilempar Melisa di mimpi?
Cerpen Karangan: Nabila Alifiana
Blog: www.maswahid.com
Instagram: @nabila.alfn12



Cerpen My New Friend merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

sumber:http://cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/my-new-friend-2.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

cara membuat sop buntut

sop buntut bahan utama: - 1/2 kg buntut sapi - 1/4 kg wortel - 1/4 kg kentang - 1 batang onclang - 2 batang seledri - 1 buah bawang ...